Rahasia Membaca Al-Qur’an dengan Tartil dan Khusyu! Simak Ulasan Lengkap tentang Ilmu Tajwid di Sini!


Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid dan Keutamaannya


Membaca Al-Qur'an adalah salah satu ibadah yang paling mulia dan paling utama bagi seorang muslim. Al-Qur'an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi seluruh manusia. Al-Qur'an juga merupakan mukjizat terbesar yang menantang siapa pun yang meragukan kebenarannya untuk membuat yang semisal atau sebagiannya.
sebuah quran terbuka sedang dibaca



Namun, membaca Al-Qur'an tidak cukup hanya dengan mengucapkan huruf-hurufnya saja. Membaca Al-Qur'an harus sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Kaidah-kaidah ini disebut dengan ilmu tajwid. Ilmu tajwid adalah ilmu yang mengajarkan cara membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar, sehingga menghasilkan bacaan yang indah, jelas, dan menghindari kesalahan-kesalahan yang dapat merusak makna dan hukum ayat-ayat Al-Qur'an.

Lalu, bagaimana hukum mempelajari ilmu tajwid? Apakah wajib atau sunnah? Apa saja manfaat dan keutamaan yang bisa didapatkan dari mempelajari ilmu tajwid? Bagaimana cara mempelajari ilmu tajwid dengan mudah dan efektif? Apa saja kesalahan-kesalahan umum yang sering terjadi dalam membaca Al-Qur'an? Artikel ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan berdasarkan pada sumber-sumber yang terpercaya dan relevan.


Pengertian Ilmu Tajwid


Sebelum membahas hukum mempelajari ilmu tajwid, kita perlu memahami terlebih dahulu apa itu ilmu tajwid. Ilmu tajwid adalah ilmu yang berkaitan dengan huruf-huruf Al-Qur'an, sifat-sifatnya, dan hukum-hukum bacaannya.

Etimologi dan Terminologi


Secara etimologi, kata tajwid berasal dari bahasa Arab jawwada-yujawwidu-tajwid yang berarti tahsin atau memperbaiki¹. Sedangkan secara terminologis, tajwid menurut 'Athiyyah Qabil Nashar, ilmu tajwid ialah ilmu yang membahas kata-kata ayat (ayat-ayat) Al-Qur'an dari segi pemberian huruf pada haknya yang berupa sifat-sifat yang lazim yang diperlukan, seperti isti'la' dan istifal, atau mustahaq huruf dari hukum-hukum bacaan yang muncul dari sifat-sifat tersebut, seperti hukum bacaan tafkhim, tarqiq, idgham, izhar, dan lain sebagainya¹.

Menurut istilah, tajwid adalah ilmu yang menjelaskan tentang hukum-hukum dan kaidah-kaidah yang menjadi landasan wajib ketika membaca Al-Qur'an, sehingga sesuai dengan bacaan Rasulullah SAW². Abu Nizhan dalam bukunya yang berjudul, Buku Pintar Al-Qur'an dijelaskan tajwid biasa disebut sebagai ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara mengucapkan kalimat-kalimat Al-Qur'an³.

Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari mempelajari ilmu tajwid ialah agar mampu untuk membaca ayat-ayat Al-Qur'an dengan baik (fasih) sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Selain itu, dengan mempelajari ilmu tajwid juga dapat memelihara lisan dari kesalahan-kesalahan ketika membaca Al-Quran⁴.

Manfaat dari mempelajari ilmu tajwid antara lain adalah:

- Meningkatkan kecintaan dan kekhusyukan terhadap Al-Qur'an.
- Memuliakan dan menghormati Al-Qur'an sebagai kalam Allah SWT.
- Menjaga kemurnian dan keaslian Al-Qur'an dari perubahan dan penyimpangan.
- Memahami makna dan hukum ayat-ayat Al-Qur'an dengan lebih baik.
- Membangkitkan rasa takut dan harap kepada Allah SWT melalui ayat-ayat Al-Qur'an.
- Mendapatkan pahala dan keberkahan dari Allah SWT.


Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid

Setelah mengetahui pengertian ilmu tajwid, kita perlu mengetahui hukum mempelajari ilmu tajwid. Apakah mempelajari ilmu tajwid termasuk kewajiban atau sunnah bagi seorang muslim?

Dalil Al-Qur'an dan Hadits

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-Muzzammil ayat ke-4:

اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ

Artinya: \"Atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.\"

Dalam ayat ini, Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW supaya membaca Al-Qur'an secara seksama (tartil). Maksudnya ialah membaca Al-Qur'an dengan pelan-pelan, bacaan yang fasih, dan merasakan arti dan maksud dari ayat-ayat yang dibaca itu, sehingga berkesan di hati.

Perintah ini dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW, sebagaimana 'Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW membaca Al-Qur'an dengan tartil. Sehingga surah yang dibacanya menjadi lebih lama dari membaca biasa. Dalam hubungan ayat ini, Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari 'Abdullah bin Mugaffal, bahwa ia berkata: \"Aku melihat Rasulullah SAW pada hari penaklukan kota Mekah, sedang menunggang unta beliau membaca Surah Al-Fath. Dalam bacaan itu Beliau melakukan tarji' (bacaan lambat dengan mengulang-ulang).\"

Pengarang buku Fathul Bayan dikutip dari situs resmi Kementerian Agama berkata, \"Yang dimaksud dengan tartil ialah kehadiran hati ketika membaca, bukan asal mengeluarkan bunyi dari tenggorokan dengan memoncong-moncongkan muka dan mulut dengan alunan lagu, sebagaimana kebiasaan yang dilakukan pembaca-pembaca Al-Qur'an zaman sekarang. Membaca yang seperti itu adalah suatu bacaan yang dilakukan orang-orang yang tidak mengerti agama.\"



Pendapat Ulama

Ulama berbeda pendapat tentang hukum mempelajari ilmu tajwid. Ada yang mengatakan bahwa mempelajari ilmu tajwid adalah wajib, ada yang mengatakan bahwa mempelajari ilmu tajwid adalah sunnah, dan ada yang mengatakan bahwa mempelajari ilmu tajwid adalah fardhu kifayah.

Menurut Imam Syafi'i, mempelajari ilmu tajwid adalah wajib bagi setiap muslim yang mampu. Alasannya adalah karena membaca Al-Qur'an dengan tartil adalah wajib, dan untuk membaca Al-Qur'an dengan tartil diperlukan ilmu tajwid. Jika tidak mempelajari ilmu tajwid, maka seseorang akan membaca Al-Qur'an dengan salah dan merusak makna dan hukum ayat-ayat Al-Qur'an.

Menurut Imam Malik, mempelajari ilmu tajwid adalah sunnah bagi setiap muslim yang mampu. Alasannya adalah karena membaca Al-Qur'an dengan tartil adalah sunnah, dan untuk membaca Al-Qur'an dengan tartil diperlukan ilmu tajwid. Jika tidak mempelajari ilmu tajwid, maka seseorang akan membaca Al-Qur'an dengan kurang sempurna dan kurang menghayati ayat-ayat Al-Qur'an.

Menurut Imam Abu Hanifah, mempelajari ilmu tajwid adalah fardhu kifayah bagi setiap muslim yang mampu. Alasannya adalah karena membaca Al-Qur'an dengan tartil adalah fardhu kifayah, dan untuk membaca Al-Qur'an dengan tartil diperlukan ilmu tajwid. Jika tidak mempelajari ilmu tajwid, maka seseorang akan membaca Al-Qur'an dengan tidak sesuai dengan bacaan asli yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Meskipun ulama berbeda pendapat tentang hukum mempelajari ilmu tajwid, namun mereka sepakat bahwa mempelajari ilmu tajwid adalah suatu hal yang sangat penting dan bermanfaat bagi seorang muslim. Mempelajari ilmu tajwid adalah salah satu cara untuk menghormati dan memuliakan Al-Qur'an sebagai kalam Allah SWT. Mempelajari ilmu tajwid juga adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mendapatkan pahala dan keberkahan dari-Nya.


Cara Mempelajari Ilmu Tajwid

Setelah mengetahui hukum mempelajari ilmu tajwid, kita perlu mengetahui cara mempelajari ilmu tajwid. Bagaimana cara mempelajari ilmu tajwid dengan mudah dan efektif? Berikut adalah beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk mempelajari ilmu tajwid:


Mengenal Huruf-huruf Hijaiyah

Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah mengenal huruf-huruf hijaiyah. Huruf-huruf hijaiyah adalah huruf-huruf yang digunakan untuk menulis Al-Qur'an. Huruf-huruf hijaiyah terdiri dari 28 huruf, yaitu:

ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن ه و ي

Kita harus menghafal huruf-huruf hijaiyah beserta nama dan urutannya. Kita juga harus menghafal huruf-huruf hijaiyah beserta harakatnya, yaitu tanda-tanda yang menunjukkan vokal atau bunyi huruf. Harakat terdiri dari fathah, kasrah, dan dhommah, yang masing-masing menunjukkan vokal a, i, dan u. Contohnya:

بَ بِ بُ

Kita juga harus menghafal huruf-huruf hijaiyah beserta sukunnya, yaitu tanda yang menunjukkan bahwa huruf tidak memiliki vokal atau bunyi. Sukun berbentuk seperti lingkaran kecil di atas huruf. Contohnya:

بْ

Kita juga harus menghafal huruf-huruf hijaiyah beserta tasydidnya, yaitu tanda yang menunjukkan bahwa huruf dibaca dua kali atau berganda. Tasydid berbentuk seperti huruf wau kecil di atas huruf. Contohnya:

بّ

Kita juga harus menghafal huruf-huruf hijaiyah beserta madnya, yaitu tanda yang menunjukkan bahwa huruf dibaca lebih panjang dari biasanya. Mad terdiri dari beberapa macam, antara lain:

- Mad asli, yaitu mad yang terjadi pada huruf alif, wau, dan ya yang berharakat fathah, dhommah, dan kasrah. Contohnya:

بَا بُو بِي

- Mad far'i, yaitu mad yang terjadi karena adanya faktor lain selain harakat. Mad far'i terdiri dari beberapa macam, antara lain:

  - Mad badal, yaitu mad yang terjadi karena adanya huruf hamzah yang menggantikan huruf alif, wau, atau ya. Contohnya:

  بَأْ بُؤْ بِئْ

  - Mad silah, yaitu mad yang terjadi karena adanya huruf hamzah yang menyambung dengan huruf alif, wau, atau ya. Contohnya:

  بَءَ بُءُ بِءِ

  - Mad jaiz munfasil, yaitu mad yang terjadi karena adanya huruf alif, wau, atau ya yang berharakat sukun dan dipisahkan oleh huruf hamzah. Contohnya:

  بَاْ أَ بُوْ أُ بِيْ أِ

  - Mad jaiz mursal, yaitu mad yang terjadi karena adanya huruf alif, wau, atau ya yang berharakat sukun dan disambung dengan huruf hamzah. Contohnya:

  بَاْءَ بُوْءُ بِيْءِ

  - Mad lazim, yaitu mad yang terjadi karena adanya huruf alif, wau, atau ya yang berharakat sukun dan disambung dengan huruf yang sama. Contohnya:

  بَاْا بُوْو بِيْي

  - Mad 'arid lis sukun, yaitu mad yang terjadi karena adanya huruf alif, wau, atau ya yang berharakat sukun dan disambung dengan huruf yang berharakat sukun. Contohnya:

  بَاْلْ بُوْمْ بِيْنْ

  - Mad tamkin, yaitu mad yang terjadi karena adanya huruf alif, wau, atau ya yang berharakat sukun dan disambung dengan huruf yang berharakat fathah, dhommah, atau kasrah. Contohnya:

  بَاْبَ بُوْبُ بِيْبِ

  - Mad lin, yaitu mad yang terjadi karena adanya huruf alif, wau, atau ya yang berharakat sukun dan disambung dengan huruf nun atau mim yang bertasydid. Contohnya:

  بَاْنَّ بُوْمُّ بِيْنِّ

  - Mad iwad, yaitu mad yang terjadi karena adanya huruf alif, wau, atau ya yang berharakat sukun dan disambung dengan huruf yang berharakat fathah, dhommah, atau kasrah dan bertasydid. Contohnya:

  بَاْبَّ بُوْبُّ بِيْبِّ

  - Mad 'aql, yaitu mad yang terjadi karena adanya huruf alif, wau, atau ya yang berharakat sukun dan disambung dengan huruf yang berharakat fathah, dhommah, atau kasrah dan berhuruf hamzah. Contohnya:

  بَاْأَ بُوْأُ بِيْأِ

Untuk menghafal huruf-huruf hijaiyah, kita bisa menggunakan berbagai cara, seperti:

- Menggunakan buku-buku atau media pembelajaran yang tersedia, seperti Al-Qur'an, mushaf, buku tajwid, aplikasi, video, dan lain-lain.
- Mengulang-ulang huruf-huruf hijaiyah secara berurutan dan acak, 
- Membaca huruf-huruf hijaiyah dengan suara keras dan jelas, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, seperti guru, teman, atau keluarga.
- Menulis huruf-huruf hijaiyah dengan benar dan rapi, baik dengan tangan maupun dengan alat tulis lainnya, seperti pensil, spidol, komputer, atau ponsel.
- Mengamati huruf-huruf hijaiyah yang terdapat dalam Al-Qur'an atau media lainnya, dan memperhatikan bentuk, harakat, dan tanda-tandanya.
- Mengoreksi kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam membaca atau menulis huruf-huruf hijaiyah, baik dengan bantuan orang lain maupun dengan cara sendiri, seperti dengan menggunakan kamus, buku tajwid, atau internet.


Memahami Sifat-sifat Huruf

Langkah kedua yang harus kita lakukan adalah memahami sifat-sifat huruf. Sifat-sifat huruf adalah ciri-ciri atau karakteristik yang melekat pada huruf-huruf hijaiyah, yang mempengaruhi cara melafalkan dan membacanya. Sifat-sifat huruf terdiri dari dua macam, yaitu:

- Sifat lazimah, yaitu sifat yang selalu melekat pada huruf, tanpa dipengaruhi oleh faktor lain. Sifat lazimah terdiri dari 17 sifat, yaitu:

  - Hams, yaitu sifat yang dimiliki oleh huruf-huruf yang berasal dari tenggorokan bagian atas, yaitu: ه ح ع هـ ء
  - Jahr, yaitu sifat yang dimiliki oleh huruf-huruf yang berasal dari tenggorokan bagian bawah, yaitu: خ غ ق
  - Syiddah, yaitu sifat yang dimiliki oleh huruf-huruf yang berasal dari pangkal lidah, yaitu: ص ض ط ظ
  - Rakikah, yaitu sifat yang dimiliki oleh huruf-huruf yang berasal dari ujung lidah, yaitu: ت ث د ذ ر ز س ش ن ل
  - Isti'la, yaitu sifat yang dimiliki oleh huruf-huruf yang berasal dari pangkal lidah yang ditekan ke langit-langit mulut, yaitu: ص ض ط ظ ق ك
  - Istifal, yaitu sifat yang dimiliki oleh huruf-huruf yang berasal dari pangkal lidah yang tidak ditekan ke langit-langit mulut, yaitu: ف ج خ ع غ هـ
  - Tafasyi, yaitu sifat yang dimiliki oleh huruf-huruf yang berasal dari tengah lidah yang ditekan ke langit-langit mulut, yaitu: ت ث د ذ ر ز س ش ل ن
  - Itbak, yaitu sifat yang dimiliki oleh huruf-huruf yang berasal dari ujung lidah yang ditekan ke langit-langit mulut, yaitu: ل ن
  - Infitah, yaitu sifat yang dimiliki oleh huruf-huruf yang berasal dari ujung lidah yang tidak ditekan ke langit-langit mulut, yaitu: ت ث د ذ ر ز س ش
  - Ismat, yaitu sifat yang dimiliki oleh huruf-huruf yang berasal dari bibir, yaitu: ب م و
  - Safir, yaitu sifat yang dimiliki oleh huruf-huruf yang berasal dari lidah dan bibir, yaitu: ف
  - Qalqalah, yaitu sifat yang dimiliki oleh huruf-huruf yang berasal dari lidah dan langit-langit mulut, yaitu: ق ط ب ج د
  - Mahmusah, yaitu sifat yang dimiliki oleh huruf-huruf yang berasal dari lidah dan gusi, yaitu: ف
  - Mahrajah, yaitu sifat yang dimiliki oleh huruf-huruf yang berasal dari lidah dan gigi, yaitu: ث ذ ز س ش
  - Muraqqaqah, yaitu sifat yang dimiliki oleh huruf-huruf yang berasal dari lidah dan langit-langit mulut yang tidak ditekan, yaitu: ي
  - Mufakhkhamah, yaitu sifat yang dimiliki oleh huruf-huruf yang berasal dari lidah dan langit-langit mulut yang ditekan, yaitu: خ ص ض ط ظ غ ق
  - Muraqqaqah, yaitu sifat yang dimiliki oleh huruf-huruf yang berasal dari lidah dan langit-langit mulut yang tidak ditekan, yaitu: ف ج ك

- Sifat muta'addiyah, yaitu sifat yang bisa berubah-ubah pada huruf, tergantung pada faktor lain. Sifat muta'addiyah terdiri dari 6 sifat, yaitu:

  - Tafkhim, yaitu sifat yang membuat huruf menjadi tebal atau gemuk. Tafkhim terjadi pada huruf-huruf mufakhkhamah, yaitu: خ ص ض ط ظ غ ق, jika berharakat fathah atau dhommah, atau jika berharakat sukun dan sebelumnya ada huruf yang berharakat fathah atau dhommah. Tafkhim juga terjadi pada huruf ر jika berharakat fathah atau dhommah, atau jika berharakat sukun dan sebelumnya ada huruf yang berharakat fathah atau dhommah. Tafkhim juga terjadi pada huruf ل jika berharakat sukun dan sebelumnya ada huruf ل yang bertasydid. Contohnya:

  خَلْقٌ صَدْقٌ ضَرْبٌ طَهُورٌ ظَلَمٌ غَفُورٌ قَدِيرٌ رَحْمٰنٌ لَاْ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ

  - Tarqiq, yaitu sifat yang membuat huruf menjadi tipis atau kurus. Tarqiq terjadi pada huruf-huruf yang bukan mufakhkhamah, yaitu: ا ب ت ث ج ح د ذ ر ز س ش ع ف ك ل م ن ه و ي, jika berharakat fathah, kasrah, atau sukun. Tarqiq juga terjadi pada huruf ر jika berharakat kasrah, atau jika berharakat sukun dan sebelumnya ada huruf yang berharakat kasrah. Tarqiq juga terjadi pada huruf ل jika berharakat sukun dan sebelumnya ada huruf ل yang tidak bertasydid. Contohnya:

  اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ اَلرَّحْمٰنِ اَلرَّحِيْمِ مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ

  - Idgham, yaitu sifat yang membuat huruf menjadi masuk atau bergabung dengan huruf sebelumnya. Idgham terjadi pada huruf ن atau م jika berharakat sukun dan disambung dengan huruf-huruf berikut:

    - Huruf-huruf idgham bighunnah, yaitu: ي ن م و, yang membuat huruf ن atau م menjadi masuk dengan huruf sebelumnya dan membentuk bunyi dengung. Contohnya:

    تَنْمِيْدًا اَنْيَابًا مِنْهُمْ رَنْجًا مِنْ وَرَآئِهِمْ

    - Huruf-huruf idgham bilaghunnah, yaitu: ل ر, yang membuat huruf ن atau م menjadi masuk dengan huruf sebelumnya tanpa membentuk bunyi dengung. Contohnya:

    اِنْ لَّمْ يَنْتَهُوْا اَنْ رَبِّكَ

  - Izhar, yaitu sifat yang membuat huruf menjadi jelas atau terpisah dengan - huruf sebelumnya. Izhar terjadi pada huruf ن atau م jika berharakat sukun dan disambung dengan huruf-huruf selain idgham, yaitu: ا ب ت ث ج ح خ د ذ ص ض ط ظ ع ف ق ك س ش غ ه ء. Contohnya:

  مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ

  - Iqlab, yaitu sifat yang membuat huruf menjadi berubah atau berpindah dengan huruf sebelumnya. Iqlab terjadi pada huruf ن jika berharakat sukun dan disambung dengan huruf ب, yang membuat huruf ن menjadi berubah menjadi huruf م dan membentuk bunyi dengung. Contohnya:

  يُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ

  - Ikhfa, yaitu sifat yang membuat huruf menjadi samar atau tersembunyi dengan huruf sebelumnya. Ikhfa terjadi pada huruf ن jika berharakat sukun dan disambung dengan huruf-huruf berikut: ت ث ج د ذ ز س ش ص ض ط ظ ف ق ك, yang membuat huruf ن menjadi samar dan membentuk bunyi dengung yang lemah. Contohnya:

  مِنْ قَبْلُ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

Untuk memahami sifat-sifat huruf, kita bisa menggunakan berbagai cara, seperti:

- Menggunakan buku-buku atau media pembelajaran yang tersedia, seperti buku tajwid, aplikasi, video, dan lain-lain.
- Mengulang-ulang sifat-sifat huruf secara berurutan dan acak, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, seperti guru, teman, atau keluarga.
- Membaca sifat-sifat huruf dengan suara keras dan jelas, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, seperti guru, teman, atau keluarga.
- Menulis sifat-sifat huruf dengan benar dan rapi, baik dengan tangan maupun dengan alat tulis lainnya, seperti pensil, spidol, komputer, atau ponsel.
- Mengamati sifat-sifat huruf yang terdapat dalam Al-Qur'an atau media lainnya, dan memperhatikan cara melafalkan dan membacanya.
- Mengoreksi kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam melafalkan atau membaca sifat-sifat huruf, baik dengan bantuan orang lain maupun dengan cara sendiri, seperti dengan menggunakan kamus, buku tajwid, atau internet.


Mengetahui Hukum-hukum Bacaan

Langkah ketiga yang harus kita lakukan adalah mengetahui hukum-hukum bacaan. Hukum-hukum bacaan adalah aturan-aturan yang mengatur cara membaca huruf-huruf hijaiyah, terutama yang berkaitan dengan sifat-sifat huruf. Hukum-hukum bacaan terdiri dari beberapa macam, antara lain:

- Hukum nun mati dan tanwin, yaitu hukum yang mengatur cara membaca huruf ن jika berharakat sukun atau tanwin (نْ, ً, ٍ, ٌ), tergantung pada huruf yang disambung dengannya. Hukum nun mati dan tanwin terdiri dari lima macam, yaitu:

  - Idgham, yaitu hukum yang menyatakan bahwa huruf ن jika berharakat sukun atau tanwin harus dimasukkan atau digabungkan dengan huruf sebelumnya, jika disambung dengan huruf-huruf idgham, yaitu: ي ن م و ل ر. Contohnya:

  مِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ اِلَيْكَ وَجَعَلْنَا عَلٰى قُلُوْبِهِمْ اَكِنَّةً اَنْ يَفْقَهُوْهُ وَفِيٓ اٰذَانِهِمْ وَقْرًا

  - Izhar, yaitu hukum yang menyatakan bahwa huruf ن jika berharakat sukun atau tanwin harus dijelaskan atau dipisahkan dengan huruf sebelumnya, jika disambung dengan huruf-huruf selain idgham, yaitu: ا ب ت ث ج ح خ د ذ ص ض ط ظ ع ف ق ك س ش غ ه ء. Contohnya:

  مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ

  - Iqlab, yaitu hukum yang menyatakan bahwa huruf ن jika berharakat sukun atau tanwin harus diubah atau dipindahkan dengan huruf sebelumnya, jika disambung dengan huruf ب, yang membuat huruf ن menjadi berubah menjadi huruf م dan membentuk bunyi dengung. Contohnya:

  يُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ

  - Ikhfa, yaitu hukum yang menyatakan bahwa huruf ن jika berharakat sukun atau tanwin harus disamar atau disembunyikan dengan huruf sebelumnya, jika disambung dengan huruf-huruf berikut: ت ث ج د ذ ز س ش ص ض ط ظ ف ق ك, yang membuat huruf ن menjadi samar dan membentuk bunyi dengung yang lemah. Contohnya:

  مِنْ قَبْلُ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

  - Ikhfa syafawi, yaitu hukum yang menyatakan bahwa huruf ن jika berharakat sukun atau tanwin harus disamar atau disembunyikan dengan huruf sebelumnya, jika disambung dengan huruf م, yang membuat huruf ن menjadi samar dan membentuk bunyi dengung yang lemah dengan bibir. Contohnya:

  مِنْهُمْ مَنْ يَقُوْلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

- Hukum mim mati, yaitu hukum yang mengatur cara membaca huruf م jika berharakat sukun, tergantung pada huruf yang disambung dengannya. Hukum mim mati terdiri dari dua macam, yaitu:

  - Idgham, yaitu hukum yang menyatakan bahwa huruf م jika berharakat sukun harus dimasukkan atau digabungkan dengan huruf sebelumnya, jika disambung dengan huruf م, yang membuat huruf م menjadi berganda dan membentuk bunyi dengung. Contohnya:

  مِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ

  - Izhar, yaitu hukum yang menyatakan bahwa huruf م jika berharakat sukun harus dijelaskan atau dipisahkan dengan huruf sebelumnya, jika disambung dengan huruf-huruf selain م, yaitu: ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل ن ه و ي ء. Contohnya:

  مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ

- Hukum mad, yaitu hukum yang mengatur cara membaca huruf alif, wau, atau ya jika berharakat fathah,




- dhommah, atau kasrah, tergantung pada faktor-faktor lain. Hukum mad terdiri dari beberapa macam, antara lain:

  - dhommah, atau kasrah, tergantung pada faktor-faktor lain. Hukum mad terdiri dari beberapa macam, antara lain:

  - Mad asli, yaitu hukum yang menyatakan bahwa huruf alif, wau, atau ya jika berharakat fathah, dhommah, atau kasrah harus dibaca lebih panjang dari biasanya, yaitu sekitar dua harakat, jika tidak ada faktor lain yang mempengaruhinya. Contohnya:

  اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

  - Mad far'i, yaitu hukum yang menyatakan bahwa huruf alif, wau, atau ya jika berharakat sukun harus dibaca lebih panjang dari biasanya, yaitu sekitar empat atau enam harakat, jika ada faktor lain yang mempengaruhinya. Mad far'i terdiri dari beberapa macam, antara lain:

    - Mad badal, yaitu hukum yang menyatakan bahwa huruf alif, wau, atau ya jika berharakat sukun harus dibaca sekitar empat harakat, jika ada huruf hamzah yang menggantikannya. Contohnya:

    بَأْسًا شَدِيْدًا

    - Mad silah, yaitu hukum yang menyatakan bahwa huruf alif, wau, atau ya jika berharakat sukun harus dibaca sekitar empat harakat, jika ada huruf hamzah yang menyambungnya. Contohnya:

    بَءَسَهُمْ بَيْنَهُمْ

    - Mad jaiz munfasil, yaitu hukum yang menyatakan bahwa huruf alif, wau, atau ya jika berharakat sukun harus dibaca sekitar empat harakat, jika ada huruf hamzah yang memisahkannya. Contohnya:

    بَاْ أَ بُوْ أُ بِيْ أِ

    - Mad jaiz mursal, yaitu hukum yang menyatakan bahwa huruf alif, wau, atau ya jika berharakat sukun harus dibaca sekitar empat harakat, jika ada huruf hamzah yang menyambungkannya. Contohnya:

    بَاْءَ بُوْءُ بِيْءِ

    - Mad lazim, yaitu hukum yang menyatakan bahwa huruf alif, wau, atau ya jika berharakat sukun harus dibaca sekitar enam harakat, jika ada huruf yang sama yang menyambungkannya. Contohnya:

    بَاْا بُوْو بِيْي

    - Mad 'arid lis sukun, yaitu hukum yang menyatakan bahwa huruf alif, wau, atau ya jika berharakat sukun harus dibaca sekitar enam harakat, jika ada huruf yang berharakat sukun yang menyambungkannya. Contohnya:

    بَاْلْ بُوْمْ بِيْنْ

    - Mad tamkin, yaitu hukum yang menyatakan bahwa huruf alif, wau, atau ya jika berharakat sukun harus dibaca sekitar empat harakat, jika ada huruf yang berharakat fathah, dhommah, atau kasrah yang menyambungkannya. Contohnya:

    بَاْبَ بُوْبُ بِيْبِ

    - Mad lin, yaitu hukum yang menyatakan bahwa huruf alif, wau, atau ya jika berharakat sukun harus dibaca sekitar empat harakat, jika ada huruf nun atau mim yang bertasydid yang menyambungkannya. Contohnya:

    بَاْنَّ بُوْمُّ بِيْنِّ

    - Mad iwad, yaitu hukum yang menyatakan bahwa huruf alif, wau, atau ya jika berharakat sukun harus dibaca sekitar dua harakat, jika ada huruf yang berharakat fathah, dhommah, atau kasrah dan bertasydid yang menyambungkannya. Contohnya:

    بَاْبَّ بُوْبُّ بِيْبِّ

    - Mad 'aql, yaitu hukum yang menyatakan bahwa huruf alif, wau, atau ya jika berharakat sukun harus dibaca sekitar dua harakat, jika ada huruf yang berharakat fathah, dhommah, atau kasrah dan berhuruf hamzah yang menyambungkannya. Contohnya:

    بَاْأَ بُوْأُ بِيْأِ

Untuk mengetahui hukum-hukum bacaan, kita bisa menggunakan berbagai cara, seperti:

- Menggunakan buku-buku atau media pembelajaran yang tersedia, seperti buku tajwid, aplikasi, video, dan lain-lain.
- Mengulang-ulang hukum-hukum bacaan secara berurutan dan acak, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, seperti guru, teman, atau keluarga.
- Membaca hukum-hukum bacaan dengan suara keras dan jelas, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, seperti guru, teman, atau keluarga.
- Menulis hukum-hukum bacaan dengan benar dan rapi, baik dengan tangan maupun dengan alat tulis lainnya, seperti pensil, spidol, komputer, atau ponsel.
- Mengamati hukum-hukum bacaan yang terdapat dalam Al-Qur'an atau media lainnya, dan memperhatikan cara melafalkan dan membacanya.
- Mengoreksi kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam melafalkan atau membaca hukum-hukum bacaan, baik dengan bantuan orang lain maupun dengan cara sendiri, seperti dengan menggunakan kamus, buku tajwid, atau internet.


Berlatih dengan Guru atau Rekaman

Langkah keempat yang harus kita lakukan adalah berlatih dengan guru atau rekaman. Berlatih dengan guru atau rekaman adalah cara yang paling efektif untuk mempelajari ilmu tajwid, karena kita bisa mendapatkan bimbingan, koreksi, dan motivasi dari orang yang lebih ahli dan berpengalaman. Berlatih dengan guru atau rekaman juga bisa membantu kita untuk meningkatkan kefasihan, keindahan, dan kekhusyukan dalam membaca Al-Qur'an.

Untuk berlatih dengan guru atau rekaman, kita bisa menggunakan berbagai cara, seperti:

- Mencari guru yang kompeten, profesional, dan bersertifikat dalam bidang ilmu tajwid, baik secara langsung maupun secara online, seperti melalui website, aplikasi, atau media sosial.
- Mengikuti kelas, kursus, atau program yang menyediakan pembelajaran ilmu tajwid, baik secara tatap muka maupun secara daring, seperti melalui zoom, google meet, atau youtube.
- Mendengarkan rekaman bacaan Al-Qur'an yang benar dan baik, baik secara online maupun offline, seperti melalui radio, televisi, CD, DVD, MP3, atau streaming.
- Menirukan rekaman bacaan Al-Qur'an yang benar dan baik, baik secara bersamaan maupun secara bergantian, dengan memperhatikan sifat-sifat dan hukum-hukum bacaan yang terdapat di dalamnya.
- Merekam bacaan Al-Qur'an kita sendiri, baik secara audio maupun video, dan membandingkannya dengan rekaman bacaan Al-Qur'an yang benar dan baik, untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan kita dalam membaca Al-Qur'an.
- Meminta masukan, saran, atau kritik dari guru, teman, atau keluarga, tentang bacaan Al-Qur'an kita, dan berusaha untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada.


Kesalahan-kesalahan Umum dalam Membaca Al-Qur'an

Setelah mengetahui cara mempelajari ilmu tajwid, kita perlu mengetahui kesalahan-kesalahan umum yang sering terjadi dalam membaca Al-Qur'an. Kesalahan-kesalahan umum dalam membaca Al-Qur'an bisa berdampak negatif bagi kita, baik secara lahir maupun batin. Kesalahan-kesalahan umum dalam membaca Al-Qur'an bisa - mengurangi pahala dan keberkahan dari membaca Al-Qur'an.
- merusak makna dan hukum ayat-ayat Al-Qur'an.
- menimbulkan kesalahpahaman dan kebingungan tentang isi Al-Qur'an.
- mengecewakan dan menyakiti hati Allah SWT dan Rasul-Nya.
- menimbulkan dosa dan siksa bagi pembacanya.

Kesalahan-kesalahan umum dalam membaca Al-Qur'an terdiri dari beberapa macam, antara lain:


Membalik atau Menukar Huruf

Kesalahan ini terjadi ketika kita membaca huruf yang seharusnya tidak ada dengan huruf yang seharusnya ada, atau sebaliknya. Contohnya:

- Membaca الْمُؤْمِنُوْنَ (orang-orang yang beriman) dengan الْمُنِيْنُوْنَ (orang-orang yang berhajat).
- Membaca اَلْحَمْدُ (puji-pujian) dengan اَلْهَمْدُ (daging).
- Membaca اَلرَّحْمٰنِ (Yang Maha Pengasih) dengan اَلرَّحِيْمِ (Yang Maha Penyayang), atau sebaliknya.


Menambah atau Mengurangi Huruf

Kesalahan ini terjadi ketika kita membaca huruf yang seharusnya tidak ada, atau tidak membaca huruf yang seharusnya ada. Contohnya:

- Membaca اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ (sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar) dengan اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصَّبِرِيْنَ (sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang menahan diri).
- Membaca اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْ (sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri) dengan اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِنْفُسِهِمْ (sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada jiwa mereka sendiri).
- Membaca اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ (orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh) dengan اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوْا صٰلِحٰتِ (orang-orang yang beriman dan mengerjakan saleh).


Melafalkan Huruf dengan Sifat yang Salah

Kesalahan ini terjadi ketika kita membaca huruf dengan sifat yang tidak sesuai dengan sifat aslinya, seperti tafkhim, tarqiq, idgham, izhar, iqlab, ikhfa, dan lain-lain. Contohnya:

- Membaca huruf-huruf mufakhkhamah (خ ص ض ط ظ غ ق) dengan tarqiq (tipis), atau sebaliknya. Contohnya:

  Membaca خَيْرٌ (kebaikan) dengan خَيْرٌ (kepahitan).
  Membaca فَرَجٌ (kelapangan) dengan فَرَخٌ (ayam).

- Membaca huruf ن atau م dengan idgham (masuk), jika disambung dengan huruf-huruf selain idgham, atau sebaliknya. Contohnya:

  Membaca مِنْ قَبْلُ (sebelumnya) dengan مِمْ قَبْلُ (dari sebelumnya).
  Membaca مِنْهُمْ (dari mereka) dengan مِنْ نُهُمْ (dari yang menguap).

- Membaca huruf ن atau م dengan izhar (jelas), jika disambung dengan huruf-huruf idgham, atau sebaliknya. Contohnya:

  Membaca مِنْ يَسْتَمِعُ (siapa yang mendengarkan) dengan مِمْ يَسْتَمِعُ (dari yang mendengarkan).
  Membaca مِنْهُمْ مَنْ (dari mereka ada yang) dengan مِنْهُمْ نَنْ (dari mereka yang).

- Membaca huruf ن dengan iqlab (berubah), jika disambung dengan huruf-huruf selain ب, atau sebaliknya. Contohnya:

  Membaca يُؤْمِنُوْنَ (mereka beriman) dengan يُؤْمِمُوْنَ (mereka mengimani).
  Membaca يُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ (mereka beriman kepada Allah) dengan يُؤْمِنُوْنَ نِاللّٰهِ (mereka beriman dengan Allah).

- Membaca huruf ن dengan ikhfa (samar), jika disambung dengan huruf-huruf selain ikhfa, atau sebaliknya. Contohnya:

  Membaca مِنْ قَبْلُ (sebelumnya) dengan مِنْ خَبْلُ (dari sebelumnya).
  Membaca مِنْ شَرِّ (dari kejahatan) dengan مِنْ نَرِّ (dari yang berkilau).


Mengabaikan Hukum-hukum Bacaan

Kesalahan ini terjadi ketika kita membaca huruf-huruf hijaiyah tanpa memperhatikan hukum-hukum bacaan yang berlaku, seperti hukum nun mati dan tanwin, hukum mim mati, hukum mad, dan lain-lain. Contohnya:

- Membaca huruf ن atau م dengan sukun tanpa memperhatikan huruf yang disambung dengannya, sehingga tidak melakukan idgham, izhar, iqlab, atau ikhfa sesuai dengan hukumnya. Contohnya:

  Membaca مِنْهُمْ (dari mereka) dengan مِنْ هُمْ (dari siapa).
  Membaca مِنْ قَبْلُ (sebelumnya) dengan مِنْ خَبْلُ (dari sebelumnya).

- Membaca huruf alif, wau, atau ya dengan fathah, dhommah, atau kasrah tanpa memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya, sehingga tidak melakukan mad asli atau mad far'i sesuai dengan hukumnya. Contohnya:

  Membaca اَلْحَمْدُ (puji-pujian) dengan اَلْحَمْدُ (daging).
  Membaca بَاْءَ (datang) dengan بَاْءَ (telah).



Baik, saya akan melanjutkan menulis artikel tentang hukum mempelajari ilmu tajwid. Berikut adalah lanjutan dari artikel yang saya buat:


Kesimpulan dan Saran


Ringkasan Artikel

Dari uraian di atas, kita dapat menyimpulkan beberapa poin penting tentang hukum mempelajari ilmu tajwid, yaitu:

- Ilmu tajwid adalah ilmu yang mengajarkan cara membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar, sehingga menghasilkan bacaan yang indah, jelas, dan menghindari kesalahan-kesalahan yang dapat merusak makna dan hukum ayat-ayat Al-Qur'an.
- Tujuan dari mempelajari ilmu tajwid adalah agar mampu untuk membaca Al-Qur'an dengan tartil, yaitu bacaan yang pelan-pelan, fasih, dan merasakan arti dan maksud dari ayat-ayat yang dibaca itu, sehingga berkesan di hati.
- Manfaat dari mempelajari ilmu tajwid antara lain adalah meningkatkan kecintaan dan kekhusyukan terhadap Al-Qur'an, memuliakan dan menghormati Al-Qur'an sebagai kalam Allah SWT, menjaga kemurnian dan keaslian Al-Qur'an dari perubahan dan penyimpangan, memahami makna dan hukum ayat-ayat Al-Qur'an dengan lebih baik, membangkitkan rasa takut dan harap kepada Allah SWT melalui ayat-ayat Al-Qur'an, dan mendapatkan pahala dan keberkahan dari Allah SWT.
- Hukum mempelajari ilmu tajwid berbeda-beda menurut pendapat ulama, ada yang mengatakan bahwa mempelajari ilmu tajwid adalah wajib, ada yang mengatakan bahwa mempelajari ilmu tajwid adalah sunnah, dan ada yang mengatakan bahwa mempelajari ilmu tajwid adalah fardhu kifayah. Namun, semua ulama sepakat bahwa mempelajari ilmu tajwid adalah suatu hal yang sangat penting dan bermanfaat bagi seorang muslim.
- Cara mempelajari ilmu tajwid antara lain adalah mengenal huruf-huruf hijaiyah, memahami sifat-sifat huruf, mengetahui hukum-hukum bacaan, dan berlatih dengan guru atau rekaman. Kita bisa menggunakan berbagai media pembelajaran yang tersedia, seperti buku, aplikasi, video, dan lain-lain, serta mengulang-ulang, membaca, menulis, mengamati, dan mengoreksi bacaan kita sendiri atau dengan bantuan orang lain.
- Kesalahan-kesalahan umum dalam membaca Al-Qur'an antara lain adalah membalik atau menukar huruf, menambah atau mengurangi huruf, melafalkan huruf dengan sifat yang salah, dan mengabaikan hukum-hukum bacaan. Kesalahan-kesalahan ini bisa berdampak negatif bagi kita, baik secara lahir maupun batin, sehingga kita harus berusaha untuk menghindari dan memperbaikinya.


Pertanyaan dan Jawaban

Berikut adalah beberapa pertanyaan dan jawaban yang berkaitan dengan hukum mempelajari ilmu tajwid, yang bisa kita gunakan untuk menguji pemahaman kita tentang materi ini:

- Pertanyaan: Apa itu ilmu tajwid?
  - Jawaban: Ilmu tajwid adalah ilmu yang mengajarkan cara membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar, sehingga menghasilkan bacaan yang indah, jelas, dan menghindari kesalahan-kesalahan yang dapat merusak makna dan hukum ayat-ayat Al-Qur'an.

- Pertanyaan: Apa tujuan dari mempelajari ilmu tajwid?
  - Jawaban: Tujuan dari mempelajari ilmu tajwid adalah agar mampu untuk membaca Al-Qur'an dengan tartil, yaitu bacaan yang pelan-pelan, fasih, dan merasakan arti dan maksud dari ayat-ayat yang dibaca itu, sehingga berkesan di hati.

- Pertanyaan: Apa manfaat dari mempelajari ilmu tajwid?
  - Jawaban: Manfaat dari mempelajari ilmu tajwid antara lain adalah meningkatkan kecintaan dan kekhusyukan terhadap Al-Qur'an, memuliakan dan menghormati Al-Qur'an sebagai kalam Allah SWT, menjaga kemurnian dan keaslian Al-Qur'an dari perubahan dan penyimpangan, memahami makna dan hukum ayat-ayat Al-Qur'an dengan lebih baik, membangkitkan rasa takut dan harap kepada Allah SWT melalui ayat-ayat Al-Qur'an, dan mendapatkan pahala dan keberkahan dari Allah SWT.

- Pertanyaan: Apa hukum mempelajari ilmu tajwid?
  - Jawaban: Hukum mempelajari ilmu tajwid berbeda-beda menurut pendapat ulama, ada yang mengatakan bahwa mempelajari ilmu tajwid adalah wajib, ada yang mengatakan bahwa mempelajari ilmu tajwid adalah sunnah, dan ada yang mengatakan bahwa mempelajari ilmu tajwid adalah fardhu kifayah. Namun, semua ulama sepakat bahwa mempelajari ilmu tajwid adalah suatu hal yang sangat penting dan bermanfaat bagi seorang muslim.

- Pertanyaan: Bagaimana cara mempelajari ilmu tajwid?
  - Jawaban: Cara mempelajari ilmu tajwid antara lain adalah mengenal huruf-huruf hijaiyah, memahami sifat-sifat huruf, mengetahui hukum-hukum bacaan, dan berlatih dengan guru atau rekaman. Kita bisa menggunakan berbagai media pembelajaran yang tersedia, seperti buku, aplikasi, video, dan lain-lain, serta mengulang-ulang, membaca, menulis, mengamati, dan mengoreksi bacaan kita sendiri atau dengan bantuan orang lain.

- Pertanyaan: Apa saja kesalahan-kesalahan umum dalam membaca Al-Qur'an?
  - Jawaban: Kesalahan-kesalahan umum dalam membaca Al-Qur'an antara lain adalah membalik atau menukar huruf, menambah atau mengurangi huruf, melafalkan huruf dengan sifat yang salah, dan mengabaikan hukum-hukum bacaan. Kesalahan-kesalahan ini bisa berdampak negatif bagi kita, baik secara lahir maupun batin, sehingga kita harus berusaha untuk menghindari dan memperbaikinya.


Comments